Rabu, 03 Desember 2008

Isu-isu Strategis, serta Azas dan Paradigma Pengelolaan SDA

Kerusakan SDA dan LH semakin mengancam kelestariannya dan sekaligus mengancam keberlanjutan pembangunan. Faktor-faktor utama yang diduga atau setidaknya merupakan penyebab kerusakan dimaksud meliputi; padatnya penduduk dan kemiskinan yang mendorong perambahan perambahan SDA, krisis ekonomi dan moneter yang berkepanjangan, lemahnya upaya penegakan hukumserta rendahnya komitmen penaatan hukum, rendahnya kepedulian lingkungan, hambatan kepemilikan SDA (common property vs private property).
Di samping kerusakan SDA dan LH, kualitas hidup manusia Indonesia semakin menurun dengan indikator sebagai berikut; tingkat kematian bayi yang masih tinggi, persoalan gizi buruk terutama anak BALITA, pudarnya budaya kearifan terhadap SDA dan LH, menurunnya kualitas kawasan konservasi / lindung serta berkembangnya wabah penyakit akibat pencemaran udara dan air.
Isu lain yang mengemuka adalah perubahan lingkungan hidup global semakin mengancam kualitas lingkungan biosfer, dengan indikator; kerusakan keanek-ragaman hayati, pemanasan global / suhu bumi meningkat, penipisan lapisan ozon dan radiasi yang ditimbulkan, perubahan pola iklim dan lain sebagainya. Di samping itu, pengelolaan SDA dan LH telah berkembang menjadi isu-isu politik yg dapat mengancam sinergisme antar daerah. Konflik kepentingan itu antara lain meliputi; batas-batas sumberdaya daya lahan dan hutan, sumberdaya air baik permukaan maupun tanah, polusi udara, asap dan hujan asam, perambahan sumberdaya mineral dan bahan galian serta terganggunya kuantitas dan kualitas distribusi.
Salah satu isu pokok yang juga penting adalah masalah pengelolaan lingkungan yang bertanggung-jawab (good environmental governance). Hal ini akan terkait dengan birokrasi, profesionalitas dan integritas moral. Peranan lembaga legislatif dan peradilan dalm mendukung penegakan hukum juga masih menjadi kendala. Diperlukan suatu lembaga pengontrol kualitas lingkungan yang independen dan berkeadilan serta efektif. Peranan masyarakat dalam pengelolaan partisipatif SDA dan LH belum baik di samping penerapan desentralisasi dalam hal pengelolaan SDA dan LH kurang bertanggung jawab dan tidak efektif.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka tantangan pengelolaan SDA dan LH ke depan akan berhadapan dengan hal-hal seperti dinamika kependudukan, degradasi lingkungan alam, permintaan lingkungan buatan yang semakin mendesak, pencemaran udara dan air, meningkatnya sampah/limbah BBB (bahan, beracun dan berbahaya), degradasi lahan hutan, serta banjir dan kekeringan yang silih berganti.
Untuk itu konsep pembangunan berkelanjutan bukan sekedar dipahami tetapi harus dilaksanakan dengan baik. Proses yg secara berkelanjutan mengoptimalkan manfaat SDA & SDM melalui penyerasian aktivitas manusia sesuai dengan kemampuan / daya dukung lingkungan. Untuk itu paradigma pengelolaan SDA dan LH harus merupakan suatu interaksi berkesetimbangan, optimal dan harmonis pertumbuhan ekonomi, kehidupan sosial dan kelestarian fungsi lingkungan. Unsur-unsur pokok dalam hal ini adalah keseimbangan antara azas manfaat, tanggung jawab dan keberlanjutan yang berwawasan lingkungan. Dengan demikian atas dasar iman dan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, pembangunan berkelanjutan akan merupakan pembangunan masia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya.

Tidak ada komentar: