Senin, 29 September 2008

“MENGENAL DAN MEMAHAMI DASAR-DASAR KOMUNIKASI”

I. KOMUNIKASI DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
A. Pengertian Komunikasi
Secara umum, komunikasi sering diartikan sebagai ; “suatu proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima” (Berlo, 1991). Namun demikian di dalam praktek, proses komunikasi tidak hanya terhenti setelah pesan disampaikan atau diterima oleh penerimanya, tetapi setelah menerima pesan, penerima memberikan tanggapannya kepada sumber / pengirim pesan untuk kemudian proses komunikasi tersebut terus berlangsung, di mana pengirim dan penerima pesan saling berganti peran (penerima menjadi pengirim dan pengirim menjadi penerima). Proses komunikasi tersebut baru berhenti jika penerima telah memberikan tanggapan yang dapat dimengerti oleh pengirimnya, baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan yang dikehendaki oleh pengirimnya.
Dengan demikian, proses komunikasi (Schramm, 1997) diartikan sebagai : “proses penggunaan pesan oleh dua orang atau lebih, di mana semua pihak saling berganti peran sebagai pengirim dan penerima pesan, sampai ada saling pemahaman atas pesan yang disampaikan oleh semua pihak”. Oleh karena itu, model komunikasi tidak lagi bersifat garis lurus (satu arah) tetapi bersifat memusat atau “convergence”. Komponen dasar dari komunikasi menekankan pada tiga hal pokok yakni; realita fisik, realita psikologis dan realita sosial yang akan dihadapi oleh semua pihak yang berkomunikasi.
Proses komunikasi antara komunikator dan sasarannya juga tidak hanya terhenti jika komunikator telah menyampaikan materi / pesan atau jika sasaran (audience) telah menerima pesan yang disampaikan, tetapi seringkali (dan seharusnya memang begitu), komunikasi baru berhenti jika sasaran telah memberikan tanggapan seperti yang dikehendaki oleh pengirim pesan, yaitu berupa penerimaan dan penerapan (aplikasi) materi / pesan yang diterimanya di dalam praktek kehidupannya.

B. Tujuan Komunikasi
Di dalam setiap proses komunikasi, sedikitnya akan terkandung salah satu dari 3 (tiga) macam tujuan komunikasi yaitu ;
• Informatif, atau memberikan informasi / berita
• Persuasif, atau membujuk, dan
• Entertainment, atau melayani / memberikan hiburan
Dalam hubungan ini, komunikasi yang belangsung selama proses penyampaian pesan / berita selalu mengandung ketiga macam tujuan tersebut, meskipun dengan kadar yang tidak selalu sama. Artinya, komunikasi adalah tindakan mempengaruhi orang lain agar mau menerima / melaksanakan informasi yang disampaikannya dengan senang hati. Meskipun demikian, bobot “hiburan” harus dijaga untuk tidak terlalu dominan, agar informasi yang diberikan dapat disampaikan dengan porsi yang lebih besar sehingga memungkinkan sasarannya memperolehnya cukup lengkap dan jelas.


C. Proses Perubahan Dalam Komunikasi
Melalui komunikasi, upaya untuk mengubah perilaku orang lain sebenarnya dapat dilakukan melalui 4 (empat) cara, yaitu ;
1. Secara persuasif atau bujukan, yakni perubahan perilaku yang dilakukan dengan cara menggugah perasaan sasaran secara bertahap sampai dia mau mengikuti apa yang dikehendaki oleh komunikator.
2. Secara pervasion atau pengulangan, yakni penyampaian pesan yang sama secara berulang-ulang, sampai sasarannya mau mengikuti kehendak komunikator.
3. Secara compulsion yaitu pemaksaan tidak langsung dengan cara menciptakan kondisi yang membuat sasaran harus melakukan atau menuruti kehendak komunikator.
4. Secara coersion, yaitu teknik pemaksaan secara langsung dengan cara memberikan sanksi (hadiah atau hukuman) kepada mereka yang menurut / melanggar anjuran yang diberikan.
Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar, sedapat mungkin dihindari cara-cara pemaksaan, tetapi sejauh mungkin tetap melaksanakan teknik-teknik bujukan dan pengulangan.

D. Kejelasan Komunikasi
Agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung efektif, maka satu hal yang harus diutamakan adalah perlu adanya ; “kejelasan komunikasi” yang sangat tergantung pada empat unsur komunikasi yaitu :
1. Unsur pesan : Persyaratan utama agar pesan dapat diterima dengan jelas oleh sasaran, haruslah diupayakan agar pesan tersebut berisi hal-hal yang dengan mudah dipahami oleh sasaran. Hal ini berkaitan dengan isi materi pengajaran, bahasa yang digunakan dan disampaikan pada waktu dan tempat yang sesuai.
2. Unsur media / saluran komunikasi : Agar pesan dapat diterima dengan jelas, maka saluran yang digunakan harus terbebas dari gangguan, baik gangguan teknis ataupun gangguan sosial budaya.
3. Unsur komunikator dan sasarannya : Sehubungan dengan hal ini, gangguan yang sering muncul adalah disebabkan oleh ;
• Kekurang-terampilan komunikator / sasaran untuk berkomunikasi
• Kesenjangan tingkat pengetahuan komunikator dan sasarannya
• Sikap yang kurang saling menerima dengan baik
• Perbedaan latar belakang sosial budaya yang dimiliki komunikator dengan sasarannya.
Untuk itu, dalam proses belajar mengajar, dituntut kemampuan / keterampilan berkomunikasi, kemampuan menyampaikan pesan dengan bahasa / cara yang mudah dipahami, bersikap ramah dan baik, serta memahami / mengikuti nilai-nilai sosial budaya dari kelompok sasaran.

E. Mengefektifkan Komunikasi Dalam Proses Belajar Mengajar
Kendala umum yang menyebabkan kegagalan komunikasi adalah :
1. Komunikasi yang tidak efisien, yang umumnya disebabkan karena ; a). tujuan komunikasi yang tidak jelas dan b). kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh komunikator (gerakan tubuh atau ucapan yang dilakukan secara berulang).
2. Salah pengertian, yang disebabkan karena ; a). perbedaan tujuan antara pengajar dan sasaran (murid), b). Perbedaan latar belakang pendidikan, ekonomi dan sosial budaya antara pengajar dan sasarannya.
Sehubungan dengan itu, ada beberapa acuan untuk mengefektifkan komunikasi dalam proses belajar mengajar, yaitu dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Harus diupayakan adanya kepentingan yang sama (overlaping of interest) antara kebutuhan yang dirasakan pengajar dan murid-murid sasarannya.
2. Pesan yang disampaikan harus merupakan (salah satu) pemecahan masalah yang sedang dihadapi oleh murid-murid sasarannya.
3. Komunikator meyakini keunggulan pesan yang disampaikan dan ia memiliki keyakinan bahwa murid-murid sangat mengaharapkan bantuannya.
4. Pesan yang disampaikan harus mengacu kepada kepuasan dan perbaikan mutu kedua belah pihak, terutama bagi sasarannya.
Di samping itu, ditekankan agar setiap komunikator harus mampu menciptakan suasana (dalam dirinya sendiri maupun sasarannya) sebagai berikut :
1. Berkurangnya ego-defensif (mempertahankan keakuan sebagai yang serba paling hebat), sebab di dalam pengajaran yang adalah suatu proses pendidikan, masing-masing pihak dituntut untuk membuka dialog dalam arti mau menerima pendapat orang lain dan menempatkan dirinya sejajar atau bahkan berada di bawah orang lain.
2. Berkurangnya value expresif (mempertahankan nilai-nilai yang dianutnya secara kaku). Sebagai proses komunikasi, dialog yang berlangsung di dalam pengajaran harus dilakukan dengan kesediaan masing-masing pihak yang berkomunikasi untuk beremphati (dalam arti mampu memahami latar belakang sosial budaya dan jalan pikiran serta sudut pandang orang lain).
3. Berkembangnya sikap utilitarian (mencari kebersamaan dan tumbuh berkembangnya keinginan menambah pengetahuan. Artinya, selama proses pengajaran, di samping mengembangkan sikap kebersamaan (sederajat, saling membutuhkan, saling berbagi pengalaman) juga masing-masing pihak harus mengembangkan sikap untuk selalu ingin belajar atau menambah pengetahuannya dari pihak lain.


II. CARA PENYAMPAIAN PENGAJARAN YANG EFEKTIF


Ada begitu banyak metoda / teknik berbicara di depan umum, tetapi banyak di antaranya, menurut pandangan saya, seringkali membuat para pembicara / pembicara justru menjadi bertambah “nervous” jika metoda-metoda itu tidak terlebih dahulu dilatihkan dengan baik, kepada para pemakainya. Cara terbaik untuk menghasilkan suatu komunikasi yang efektif adalah ; membuat komunikasi itu menjadi sederhana. Apa yang ingin disampaikan dalam bagian ini adalah langkah-langkah praktis yang bisa dipelajari untuk menghasilkan penyampaian pengajaran (komunikasi) yang efektif. Langkah-langkah dimaksud terkonsentrasi pada tiga hal pokok yaitu ; 1). Persiapan, 2). Penyampaian pesan yang efektif dan, 3). Cara-cara menghindari stress dalam berbicara. Lewat materi ini, evaluasilah cara-cara komunikasi anda selama ini !!!

A. Persiapan Komunikasi Untuk Mengajar Efektif
Ada suatu ungkapan yang mengatakan bahwa “GAGAL MEMPERSIAPKAN adalah MEMPERSIAPKAN SUATU KEKAGAGALAN”. Langkah-langkah praktis adalah menggunakan pendekatan 5 W + 1 H. Persiapan lewat pendekatan ini maka pada prinsipnya semua aspek yang akan dibicarakan atau dikomunikasikan dapat disampaikan secara lengkap.

1. WHY : Penetapan Tujuan Komunikasi
Hal pertama dan terutama yang perlu dilakukan untuk mengirimkan suatu pesan / berita adalah menetapkan tujuan komunikasi terlebih dahulu. Tujuan dimaksud dapat berupa tujuan umum maupun tujuan khusus, tergantung pada cakupan atau lingkup komunikasi dimaksud. Tujuan umum dari suatu komunikasi dalam proses belajar mengajar biasanya mencakup hal-hal sebagai berikut :
• mempengaruhi (tindakan persuasif).
• mengajar
• merangsang pemikiran
• menginformasikan
• melayani / menyenangkan

Apapun tujuan umum komunikasi dalam proses belajar mengajar, kita selalu berupaya mencoba menyenangkan sasaran komunikasi (audience). Hal ini tidak berarti pula bahwa si pembicara harus senantiasa membuat “jokes” dalam setiap kalimatnya. Tetapi hal utama adalah bagaimana materi pelajaran itu disajikan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian audience untuk mendengarkannya.
Langkah cemerlang dalam mencapai tujuan komunikasi adalah ; TULISKAN TUJUAN PEMBICARAAN ANDA DALAM SATU KALIMAT. Ini akan membantu pembicara dalam memulai pembicaraan dengan pikiran yang bersih dan benar. Seleksi materi yang akan dikomunikasikan harus didasarkan pada upaya memperlengkapi tujuan yang akan dicapai. Tujuan yang tertulis juga akan membantu untuk mengecek kembali, apakah pembicaraan yang telah selesai dilaksanakan, ... sesuai dengan tujuan semula ?

2. WHO : Mengetahui dan Memahami Audience
Audience atau sasaran komunikasi adalah kelompok atau grup orang-orang yang penting diketahui bahkan dikenal sebelum proses belajar-mengajar dimulai. Hal-hal yang perlu dikatuhi dan dipahami tentang mereka adalah :
• Berapa jumlah peserta belajar / kelompok sasaran komunikasi
• Mengapa mereka ada dalam kelompok sasaran ini ? Kehadiran mereka apakah dengan kemauan sendiri ? Apakah mereka akan tekun mendengarkan dan apakah mereka membayar untuk ikut sebagai audience ?
• Sejauh mana pengetahuan mereka saat ini tentang subyek yang akan dibicarakan ?
• Apakah mereka mempunyai peluang untuk menjadi penentang dari subyek yang akan dibawakan atau bahkan mungkin si pembicara itu sendiri ?
• Apa harapan-harapan mereka dari subyek pembicaraan ataupun pembicara itu sendiri ?
• Kisaran umur, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, dsb.
Pembicara mempunyai tanggung jawab untuk mengantar subyek pembicaraan didengarkan dengan baik dan benar oleh audience berdasarkan level atau tingkatan mereka.

3. WHERE : Persiapan Lingkungan
Adalah sangat penting untuk mengetahui tempat atau lokasi serta lingkungan di mana suatu proses belajar mengajar akan dilakukan, terutama bila tempat tersebut belum dikenal oleh si pembicara / pengajar. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan tempat :
• Besar kecilnya ruangan dihubungkan dengan dibutuhkan tidaknya sound system. Jika diperlukan maka harus ada tes peralatan pengeras suara sebelumnya.
• Kondisi ruangan dihubungkan dengan penerangan / cahaya dan sistem sirkulasi udara. Hal ini terutama berhubungan dengan penggunaan slide, film, dsb, termasuk perlu tidaknya air condition system.
• Distraksi atau ketidak-nyamanan mengikuti pelajaran karena; bising, panas, lingkungan yang tidak bersih, keributan dan keamanan lingkungan.
• Pengaturan tempat duduk yang sangat penting untuk menjamin konsentrasi audience dalam mengikuti pelajaran. Contoh-contoh pengaturan tempat duduk dapat berupa; teater, lingkaran, hurup U, kurva, kabaret, dsb.
• Orang-orang mempunyai kecenderungan untuk duduk di bagian belakang. Pembicara selalu menginginkan agar audience berjarak dekat dengannya. Kursi yang terlalu rendah dan sangat empuk justru mengantar audience untuk mengantuk atau tertidur.

4. WHEN : Pemanfaatan dan Manajemen Waktu
Adalah sangat penting jika pembicara menyadari betul, skedul pada waktu mana / kesempatan apa ia berbicara serta berapa lama ia harusnya berbicara. Kesempatan berbicara sesudah makan siang misalnya, akan sangat mempengaruhi konsentrasi dari para audience. Kemampuan berkonsentrasi dan mendengarkan suatu pesan akan semakin rendah. Sebagai pembicara, anda harus yakin dahulu bahwa apa yang akan anda bicarakan adalah menarik perhatian mereka.
Demikian pula, pengetahuan dan displin terhadap waktu yang diberikan kepada pembicara untuk menyampaikan pesannya adalah penting. Jangka waktu bicara harus seimbang dengan banyaknya materi yang akan disampaikan atau diajarkan. Penggunaan alat bantu komunikasi (visual aids) akan menghemat waktu yang digunakan dalam mempersentasekan suatu materi pelajaran.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa kemampuan konsentrasi manusia dalam mendengarkan sesuatu secara baik hanya pada 20 menit pertama. Bahkan untuk kelompok orang tertentu, lebih pendek lagi dan berkisar 5 menit. Hal ini tentu akan sangat berpengaruh pada kemampuan audience untuk mendengarkan secara baik serta mengambil kesimpulan dari apa yang didengarkannya. Waktu yang tepat untuk melakukan komunikasi sangat bervariasi dan sangat tergantung pada kebiasaan seseorang. Ada orang yang akan sangat tertarik jika belajar pada pagi hari dan ada yang pada sore hari. Cara mengajar atau komunikasi harus disesuaikan dengan kapan anda harus melakukan hal itu. Diperlukan variasi dalam mengajar.

5. WHAT : Persiapan Materi
Banyak presentase komunikasi yang mengalami kegagalan hanya karena perhatian yang kurang terhadap subyek materi yang akan disampaikan. Berbicara yang tidak terstuktur akan sangat mengacaukan konsentrasi pendengar dan bahkan akan mengarahkan pada kondisi yang kurang nyaman. Jika inti pengajaran kurang jelas maka materi yang disampaikan akan mudah untuk dilupakan. Penyiapan materi pengajaran yang baik akan mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut :
• Tahap 1 ; pengumpulan gagasan / ilham (brainstorming). Pengumpulan ide, gagasan atau ilham mengenai suatu subyek di atas kertas atau papan tulis, dsb adalah sangat penting sebagai langkah memulai mempersiapkan materi pengajaran. Sampai saat ini, metoda ini masih dinilai paling akurat dan efisien. Tujuan pengajaran dituliskan pada atas kertas, sedangkan tema pembicaraan pada bagian tengah. Tuliskan semua ide atau gagasan yang berkaitan dengan tema, kemudian cari hubungan antara satu dengan lainnya. Bebaskan pikiran anda untuk tidak terikat hanya pada hal-hal tertentu saja untuk kemudian mencoba membuat tata urutan dari gagasan-gagasan yang akan diorganisir dalam subyek pengajaran.
• Tahap 2 ; menyusun kerangka dan seleksi materi (structuring & selecting). Banyak orang yang sampai tahap ini mempunyai banyak sekali kemungkinan ide dan informasi yang akan disampaikan. Kadangkala untuk waktu yang terbatas tetapi materi yang ingin dipersiapkan terlalu banyak. Adalah penting untuk membatasi topik utama pembicaraan seminimum mungkin. Untuk 45 menit waktu bicara misalnya, tidak perlu menyiapkan lebih dari 7 tema pokok bahasan. Apalagi jika hanya diberikan waktu 5 menit maka 2 pokok bahasan adalah mustahil, atau kalau dipaksakan akan menjadi tidak efektif. Seleksi materi akan mencakup tujuan, audience, waktu yang tersedia, serta persyaratan minimum materi yang dibutuhkan untuk sasaran audience tertentu.
• Tahap 3 ; membuat ilustrasi (illustrating). Ketika anda sebagai pembicara maka anda akan berhadapan dengan audience yang sudah memiliki imaginasi tersendiri tentang subyek yang akan diajarkan. Biasanya, agar mudah dimengerti dan agar menarik maka anda harus mempunyai kemampuan membuat ilustrsi yang tepat sehubungan dengan subyek materi yang diajarkan kepada audience.
• Tahap 4 ; pembukaan dan penutupan pengajaran (opening & closing a talk). Pembukaan mencakup apa yang disebut dengan INTRO. I = Interest, temukan sesuatu untuk membangkitkan minat dan perhatian untuk mendengarkan. N = Need, tunjukkan kepada audience mengapa mereka butuh mendengarkan dan apa relevansi subyek pembicaraan dengan mereka. T & R = Title & Ratings, katakan kepada audience apa yang akan anda ajarkan, termasuk subyek dan ruang lingkup pengajaran. O = Objective, tujuan pengajaran dapat dikatakan secara jelas. Jika tidak dikatakan maka tujuan harus tergambar lewat cakupan materi yang diajarkan. Penutupan komunikasi haruslah merupakan sauatu kesimpulan dari subyek yang diajarkan. Ringkaskan apa yang telah anda katakan secara keseluruhan. Ingat, apa yang anda katakan terakhir adalah pikiran terakhir yang anda tinggalkan buat audience.
• Tahap 5 ; catatan kecil (notes). Catatan kecil tentang bahan atau subyek yang diajarkan akan merupakan alat bantu untuk mengecek kembali apakah seluruh lingkup pelajaran telah disampaikan secara baik. Isi catatan sebaik mencakup kata-kata kunci (key words) yang ditulis dengan tangan sendiri, jumlah waktu yang dialokasikan untuk setiap topik atau pokok bahasan. Penggunaan beberapa macam warna tulisan akan sangat membantu dalam memberikan perhatian terhadap hal-hal khusus.

6. HOW : Bagaimana Proses Komunikasi Dijalankan
Ada banyak aspek yang harus diperhatikan dalam menyampaikan suatu pesan atau pengajaran kepada audience. Kemampuan menyerap audience berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut : jika hanya didasarkan pada teks tertulis (7 %), dengan suara / audio mencapai 38 % sedangkan dengan alat bantu visual (lihat dan dengar) akan mencapai 55 %. Hal-hal penting dalam menjalankan komunikasi adalah sebagai berikut :
• Bahasa; gunakan kata-kata / istilah yang sederhana dan mudah dimengerti. Hindari penggunaan istilah yang bersifat abstraksi. Perhatikan mereka (audience) yang berasal dari level yang rendah dan kurang bisa mengikuti pembicaraan secara cepat.
• Cara penyampaian pesan / komunikasi; mencakup ekspresi terhadap hal-hal yang perlu mendapat penekanan, termasuk sela atau pause untuk memberikan kesempatan audience memahami apa yang anda katakan. Pengulangan yang perlu pada hal-hal tertentu, kejelasan dalam berbicara, intonasi dan intensitas suara.
• Penampilan / bahasa tubuh; cara anda berdiri, berkata-kata, mimik serta ekspresi dan lain sebagainya turut menarik perhatian dan ketenangan audience dalam mengikuti pengajaran yang anda berikan. Pandangan harus selalu kepada audience, usahakan senyum, hindari penghalang antara anda dan audience, berdiri tegap dalam posisi terbaik, jangan terlalu banyak menggerakkan anggota tubuh dan sedapat mungkin tetaplah berlaku alamiah.

B. Beberapa Metoda Penyampaian Pesan Yang Efektif
Ada banyak cara untuk menyampaikan suatu pengajaran secara efektif, tergantung bagaimana seorang pembicara mau membuat variasi yang menarik dari berbagai metoda yang ada. Alternatif-alternatif yang mungkin dilakukan meliputi ;
1. Partisipasi audience ; untuk kebutuhan training dan berbagai kursus singkat maka metoda partisipatif ini sangat berguna. Diskusi kelompok dengan topik-topik tertentu adalah salah satu cara partisipatif yang cukup efektif.
2. Sesi pertanyaan dan diskusi ; agar pelajaran dapat diserap dengan lebih sempurna maka harus ada alokasi waktu untuk tanya jawab dan diskusi dengan pengajar atau pembawa materi.
3. Pengajaran ; perlu dicari pendekatan pengajaran yang terbaik sesuai dengan situasi dan kondisi audience serta apa yang menjadi kebutuhan mereka.
4. Umpan balik ; adalah sangat penting untuk mengundang pertanyaan dari audience sehubungan dengan materi yang telah disampaikan. Hal-hal yang berhubungan dengan pertanyaan adalah ;
• Jangan harapkan akan ada pertanyaan segera setelah anda berhenti berbicara.
• Pancinglah kemauan audience untuk mengemukakan pendapat atau pertanyaan.
• Ulangi pertanyaan audience jika perlu untuk memperoleh kejelasan bagi yang lainnya.
• Jawablah pertanyaan sesuai kemampuan anda namun jangan keluar dari konteks.
• Jika ada pertanyaan yang tidak diketahui jawabannya, akuilah. Tanyakan kepada yang lain apa mereka dapat membantu.
• Tampunglah pertanyaan dari sebanyak mungkin peserta di dalam ruangan dan jangan beda-bedakan audience.
• Ingat batas waktu yang diberikan, namun tutuplah pertanyaan secara baik.
• Jika pertanyaan ada yang kurang jelas, kalimatkanlah kembali secara baik.
• Ada pertanyaan atau pernyataan yang kadangkala tidak perlu dijawab atau mintakanlah kepada si penanya untuk menjelaskan secara singkat apa yang dimaksudkannya.
5. Penggunaan Alat Bantu (Visual Aids); banyak alat bantu komunikasi yang dapat digunakan dalam mengefektifkan pengajaran seperti ; slide, flip chart, models, film / video, dsb.
6. Perencanaan pembuatan alat bantu mencakup hal-hal seperti ; kesederhanaan, kesempatan untuk audience dapat melihat dan memahaminya, jumlah yang terbatas tetapi dalam satu kelompok, ukuran besar dan jelas, alat perlengkapan pembantu dan pendukung.

C. Cara-cara Menghindari Stres Dalam Berbicara
Untuk sementara orang, berbicara di depan umum adalah suatu momentum yang sangat berat untuk dihadapi. Kalaupun harus dihadapi, biasanya untuk memulai ditandai dengan ketegangan, kuatir atau stres yang dapat terlihat melalui ekspresi wajah, gerakan-gerakan tubuh yang tidak perlu dan lain sebagainya. Audience biasanya dapat mengetahui jika pembicara tampil tidak alamiah seperti biasanya. Pembicara atau pengajar dapat mengontrol dirinya sendiri untuk menghindari situasi yang demikian, jika ia mempersiapkan diri sebagai berikut :
1. Persiapan diri sepenuhnya ; setelah mempersiapkan materi dan mengetahui siapa audiencenya maka persiapan untuk berbicara secara baik adalah penting. Persiapkan waktu yang cukup akan merupakan jaminan untuk menghindari ketegangan yang tidak perlu dalam mengajar.
2. Hati-hatilah dalam menafsirkan reaksi audience atas apa yang anda sampaikan. Penggunaan intonasi dan vibrasi suara tertentu akan merupakan penekanan arti sehingga audience dibawa pada persepsi yang sama dengan anda.
3. Berdirilah di tempat yang sesuai dan tepat untuk memulai dan melanjutkan pembicaraan.
4. Sedapat mungkin mencoba terlebih dahulu suara anda. Hal ini berkaitan dengan besar kecilnya ruangan dan perlu tidaknya alat pengeras suara.
5. Alihkan perhatian anda pada hal-hal lain sekitar 10 menit sebelmum memulai bicara.
6. Usahakan minum untuk membantu tenggorokan yang seakan kering serta sistem pernapasan yang seolah-olah tidak teratur.
7. Siapkanlah jawaban-jawaban terhadap soal-soal yang diantisipasi sebelumnya.
8. Jangan kuatir, dan anggaplah bahwa audience sementara dengan senang hati akan mendengarkan apa yang akan anda sampaikan.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan ini, ujilah atau lakukan evaluasi apakah selama ini anda telah melakukan proses komunikasi secara benar di dalam melaksanakan proses belajar mengajar ? Jika belum, mulailah dengan cara yang terbaik yang bisa dilakukan.


SUMBER BACAAN :

Berlo, D. K., 1991. The Process of Communication. Holt, Rinehart and Waston, New York.
Cleverdon, J. et al, 1990. Communication Skills Guides. Professional Improvement Series. John Wiley & Sons, Singapore.
------------, 1990. The Ten Commandments for Public Speaker. Professional Improvement Series. John Wiley & Sons, Singapore.
Moss, G., 1991. The Trainers Handbook. Ministry of Agriculture and Fisheries, New Zealand.
Schramm, W., 1997. Azas-azas Komunikasi Antar Manusia. LP3ES, Jakarta.
Smith, T. C., 1991. Making Successful Presentations : A Self-teaching Guide. John Wiley & Sons, New York, USA.
Mardikanto, T., 1992. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Penerbit : Sebelas Maret University Press, Surakarta.